Wednesday, December 20, 2006

Terkadang modal bisa diatasi

Sepertinya punya usaha sampingan sudah menjadi hobby-ku sekarang, hari ini saya membayar separo sewa tanah selama 3 tahun untuk usaha "steam motor" dengan teman, insyaAllah Sabtu ini mulai merapikan tempat, diharapkan sebelum akhir tahun usaha sudah mulai jalan.

Usaha ini berawal keingin seorang teman di rumah, sebut saja Dino untuk mempunyai kerja sampingan yang punya pengalaman di steam mobil/motor waktu masih bujangan. sebenarnya dia juga punya usaha sendiri buka warung indomie dan jual bensin campur di kontrakannya, rencananya pada siang istrinya bisa sendiri jaga warung dia stand bye di steam motor, maksud biar penghasilannya dua.

Melihat keseriusannya dalam berusaha warung indomie dan jual bensin campur, saya tertarik juga bekerjasama dengan dia, kemudian kita jalan naik motor ke tempat Bengkel Aksesori motor saya (wah usaha ini saya belum cerita ya...) yang kebetulan dibelakangnya ada usaha steam motor juga, tapi dia kurang tertarik dan memang usaha steam disitu kurang menjanjikan karena tempatnya agak masuk kedalam.

Pulang dari situ kita nyari tempat. Alhamdulillah ada tanah yang kosong ditempat yang saya lihat cukup strategis dengan plang "DISEWAKAN", langsung saya telp pemiliknya, saya menanyakan harga sewanya ternyata ALAMAK... MAHAL SEKALI, terus terang diluar kemampuan saya saat itu, soalnya harus langsung 3 tahun. Sebenarnya untuk tempat usaha harga segitu wajar... tapi saya tidak punya uang sebesar itu, saya bilang ke yang punya tanah bahwa saya berminat mungkin nanti saya hubungi lagi untuk nego. wess... telpon ditutup. Setelah itu saya beritahu ke teman saya modal yang dibutuhkan cukup besar tapi nanti saya usahakan... kita pulang dan dia bilang "saya siap menbantu kalo usaha ini jadi".

Apa yang saya lakukan agar usaha ini bisa terwujud sedangkan saya tidak punya modal yang cukup... Besok harinya saya mulai otak-atik biaya keseluruhan mulai dari sewa tanah, merapikan tempat, beli mesin steam dan mesin air, dll, Perkiraan jumlah modal seluruhnya sudah ketahuan. Kemudian otak atik lagi perkiraan pendapatan selama sebulan dan biaya yang dikeluarkan, setelah pemasukan dikurang pengeluran ketemu laba perbulan juga BEPnya, sekali lagi semua hanya "PERKIRAAN", saya buat semasuk akal mungkin, dan terakhir saya bikin persentase permodalan dan bagi hasilnya. Jadilah PROPOSAL yang siap ditawarkan ke teman-teman. Saya berdoa semoga berhasil dan ada tanggapan positif dari calon mitra.

Ketika saya tawarkan/cerita ke temen mengenai rencana usaha ini tanggapan dari mereka bermacam-macam, ada yang antusias ada yang biasa saja bahkan mungkin ada yang meragukan. Alhamdulillah, tidak sampai 2 minggu ada tanggapan dari 2 orang teman yang siap bergabung walaupun akhirnya hanya satu orang yang benar-benar siap untuk bekerjasama dalam usaha ini... Selain itu yang punya tanah juga mau pembayaran sewanya dalam 2 tahap, pembayaran pertama 50%, pembayaran kedua dibayar 6 bulan kemudian.

Teman, ternyata masalah permodalan dapat kita pecahkan asalkan kita serius dan mempunyai keinginan yang kuat, tidak lupa doa kepada sang pemberi rezeki, yang tidak kalah penting dalam berusaha kita berani mencoba dan tidak takut gagal...

Anda punya ide usaha? cepat jadikan dia kenyataan, kita akan tahu ide itu berhasil atau tidak setelah kita mencobanya... jangan biarkan dia gagal sebelum dicoba, anda berani...????

Monday, December 18, 2006

Pensiun... Siapkah kita?

Semalam, pada saat makan malam bersama istri yang kebetulan sambil nonton sinetron di salah satu stasiun tv, saya agak tersentak dengan perbincangan antara seorang ayah yang sudah pensiun dengan anaknya sekitar 20 tahunan. Apa isi percakapannya, kira-kira begini...
Anak: "Kemana Bapak pergi setiap hari dari pagi sampai sore, padahal khan Bapak sudah pensiun?"
Bapaknya terdiam sesaat mungkin berpikir untuk mencari jawaban
Anak: "Jangan-jangan Bapak punya cewek simpanan nich"
Bapak: "Jangan berpikiran kotor kamu, Bapak memang punya masalah dengan Ibumu di rumah tapi Bapak tidak begitu"
Anak: "Terus Bapak kemana tiap hari pergi dengan pakaian rapi begini?"
Bapak: "Bapak pergi ke Perpustakaan dari pagi sampai sore, Bapak pusing di rumah berantam dengan ibumu.

Demikian sekilas cuplikan percakapan antara seorang Bapak dan anaknya dalam sinetron yang saya lupa judulnya, biasa aja khan... terus apa yang membuat saya agak tersentak...?

Saya adalah seorang karyawan seperti juga Bapak yang saya ceritakan diatas terlepas dia Pegawai negeri atau karyawan perusahaan swasta, dia juga tadinya sama seperti saya atau anda yang membaca tulisan ini, setiap hari berangkat kerja dari pagi sampai sore, itulah rutinitas kita. Bedanya sekarang pada saat ini saya masih kerja, anda juga mungkin masih kerja.

Saya sadar pada akhirnya saya akan seperti bapak tadi juga akan pensiun tidak menjadi karyawan lagi, baik disebabkan oleh masa produktivitas saya yang dinilai perusahaan sudah tidak menguntungkan atau karena kondisi perusahaan yang menurun atau karena hal lain tapi yang jelas itu pasti akan terjadi, yang menjadi pertanyaan saya apakah saya juga akan pergi ke perpustakaan menghabiskan waktu saya, atau mencari hobby saya yang lain... asyik juga.

Itu tidak menjadi masalah, masalah akan timbul ketika pada saat kita tidak bekerja sedangkan kebutuhan keluarga harus terus dipenuhi, baik itu belanja dapur, pendidikan anak, kesehatan atau cicilan rumah yang belum lunas... bagaimana cara menanggulanginya... Apakah perusahaan tempat kita bekerja sekarang sudah mempunyai peraturan tentang dana pensiun? kalau ya berarti anda bekerja di perusahaan yang lumayan bagus tapi apakah kebanyakan perusahaan di Indonesia mampu memberikannya...? saya salah satu orang yang meragukannya.

Kalau anda menganggap itu masih lama dan ngga perlu dipikirin dari sekarang saya ucapkan selamat itu akan membebaskan anda dari beban pikiran, dan saya berdoa semoga pada saat masa itu datang anda mampu mengatasinya?

Tapi kalau anda termasuk orang yang mulai memikirkannya, saya akan sarankan bersiaplah untuk berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian... maksudnya? Selalu berpikirlah dari sekarang apa yang harus dilakukan untuk mengantisipasinya, terus dan teruslah berpikir, insyaAllah kita akan menemukan pemecahannya. Amin...